transparanlampung.com///(Unila): Di usia muda, Clara Yolandika menorehkan beragam prestasi di dunia pendidikan tinggi. Lulusan terbaik dan termuda Universitas Lampung (Unila) ini kini menjabat Dosen PNS di Universitas Riau, sekaligus Staf Ahli Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi.
Memulai langkahnya di dunia pertanian, Clara mendapuk jurusan Agribisnis di Unila, terinspirasi sang ayah yang juga dosen pertanian. Latar belakang keluarga dan semangat untuk menimba ilmu membuatnya memilih jalur yang sedikit berbeda dari kebanyakan mahasiswa.
Tak berhenti di situ, ia melanjutkan studi ke jenjang magister di IPB dengan beasiswa penuh, menyelesaikannya hanya dalam waktu 13 bulan.
“Aku ikut program akselerasi sejak SMA, jadi bisa kuliah di usia 16 tahun. Dari awal, aku sudah punya target untuk lulus cepat, IPK tinggi, dan jadi lulusan terbaik,” ujarnya saat diwawancara Rabu, 14 Mei 2025
Clara dikenal aktif dalam berbagai organisasi kampus, salah satunya Rakanila yang menjadi tempat ia membentuk karakter dan kemampuan kepemimpinan. “Dari magang, jadi public relation chief, sampai manager offair. Di sinilah aku belajar banyak hal penting dalam hidup,” tambahnya.
Menjadi dosen tetap di usia 22 tahun tentu bukan perkara mudah. Ia bahkan pernah mengajar mahasiswa yang usianya lebih tua dari dirinya. “Rasanya luar biasa. Ini pertama kalinya aku benar-benar berdiri sebagai pendidik. Tapi justru dari sinilah aku banyak belajar menjadi dewasa”.
Perpindahan ke Pekanbaru demi mengikuti suami membawanya ke tantangan baru sebagai dosen PNS di Universitas Riau. Perbedaan budaya menjadi tantangan awal, namun kemampuannya dalam public speaking dan personal branding membantunya beradaptasi dengan baik.
Sebagai staf ahli WR PKSI, Clara bertugas mempercepat kinerja humas dan menjaga citra universitas agar semakin dikenal luas. Di bagian kerja sama, ia turut menjalin hubungan baik dengan mitra strategis. Tak hanya itu, ia juga aktif dalam dunia riset dan pengabdian masyarakat, meraih berbagai hibah kompetitif termasuk dari BRIN senilai lebih dari 500 juta rupiah.
Salah satu proyek paling berkesan baginya adalah pengabdian di Desa Empat Balai. Clara mengembangkan desa wisata berbasis blue economy, fokus pada pengelolaan mangrove dan tambak udang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sekarang sudah sampai di tahap pemberdayaan masyarakat bukan lagi dari sisi membentuk desanya, dengan fokus utama memperkenalkan potensi dan produk unggulan desa ke publik.
Menjadi reviewer PKM, PPK Ormawa, hingga panelis IISMA membuka matanya akan potensi luar biasa mahasiswa Indonesia. “Saya ingin mahasiswa Unri bisa bersaing di tingkat nasional dan internasional, makanya saya turut membina Duta Unri dengan pelatihan intensif dari etika, public speaking, hingga wawasan institusi,” jelasnya.
Meski aktivitasnya padat, Clara tetap menjaga keseimbangan antara karier dan keluarga. Kini, ia juga sedang menempuh studi doktoral di bidang manajemen. “Kunci utamanya adalah tahu prioritas,” ujarnya bijak.
Menutup perbincangan, Clara menyampaikan pesan motivatif kepada generasi muda, “Kamu tidak harus hebat untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi hebat. Gigih dan konsisten adalah kuncinya,” ujarnya. [Magang_Dimas Permadi]
0 Komentar