Edison Hajar Tekankan Kemanusiaan dan Anti-Provokasi dalam Pembinaan Ideologi Pancasila di Enggal

transparanlampung.com.///Bandar Lampung — Anggota DPRD Kota Bandar Lampung dari Fraksi PAN, H. Edison Hajar, SE, menegaskan pentingnya penguatan nilai kemanusiaan, solidaritas, dan kewaspadaan terhadap berita provokatif dalam kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) yang digelar di Kelurahan Enggal, Kecamatan Enggal. Kegiatan ini diikuti peserta dari empat kecamatan dan menghadirkan narasumber Marfin Effendi, yang memberikan pemaparan mendalam mengenai relevansi Pancasila dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini.


Dalam sambutannya, Edison Hajar menekankan bahwa pembinaan ideologi bukan sekadar agenda formal negara, tetapi merupakan kebutuhan dasar masyarakat di tengah maraknya disinformasi, polarisasi, dan menurunnya empati sosial. Ia menyebutkan bahwa dua sila yang paling relevan untuk menjawab tantangan tersebut adalah Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Keterkaitan Sila ke-2 dan ke-5 dalam Kehidupan Sosial

Narasumber Marfin Effendi menguraikan bahwa kedua sila tersebut saling terkait dalam membentuk karakter bangsa yang peduli dan berkeadilan. Sila Kedua mengajarkan pentingnya memperlakukan sesama manusia dengan hormat, adil, dan beradab, sementara Sila Kelima menekankan pemerataan kesejahteraan dan kesempatan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Kita tidak bisa hanya memahami Pancasila sebagai konsep. Pancasila harus dihidupkan dalam tindakan konkret,” ujar Marfin di hadapan peserta. Menurutnya, tindakan nyata itu bisa dilakukan dalam berbagai bentuk sederhana, seperti memberikan bantuan kepada warga yang sedang dilanda musibah.

Ia mencontohkan situasi terkini terkait bencana alam yang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Medan, dan Padang. Bencana tersebut menimbulkan kerugian besar dan membuat ribuan warga membutuhkan uluran tangan. Marfin menjelaskan bahwa solidaritas masyarakat lintas daerah merupakan implementasi langsung dari ajaran Pancasila.

Warga, katanya, dapat menyalurkan bantuan dalam berbagai bentuk, mulai dari donasi dana, pakaian layak pakai, makanan, hingga tenaga relawan. “Rasa peduli dan gotong royong itu bukan sekadar slogan. Itu adalah identitas bangsa kita. Sekaranglah saatnya kita membuktikannya,” tambahnya.

Peringatan terhadap Bahaya Berita Miring di Media Sosial

Selain soal kepedulian sosial, Marfin juga menyoroti maraknya berita miring, fitnah, dan konten provokatif yang beredar di media sosial. Ia menegaskan bahwa masyarakat harus semakin selektif dan tidak mudah terbawa arus informasi yang belum jelas kebenarannya.

Menurutnya, misinformasi yang sengaja disebar untuk memecah belah masyarakat masih sering ditemukan, dan dapat mengancam persatuan bangsa jika tidak diwaspadai. “Kita harus bijak. Banyak berita yang sengaja dibuat untuk memecah belah. Jangan mudah terpancing, verifikasi dulu setiap informasi,” kata Marfin.

Ia menegaskan bahwa pemahaman terhadap Pancasila dapat menjadi filter alami dalam menyikapi informasi. Sikap beradab, tidak mudah menuduh, serta tidak ikut menyebarkan kebencian adalah bentuk pengamalan Pancasila dalam dunia digital.

Edison Hajar Sampaikan Keprihatinan dan Ajakan untuk Bersatu

Dalam kesempatan itu, Edison Hajar menyampaikan keprihatinannya terhadap saudara-saudara sebangsa di Aceh, Medan, dan Padang yang saat ini sedang berjuang menghadapi dampak bencana. Ia mengajak masyarakat Kota Bandar Lampung, khususnya warga Enggal, untuk ikut berkontribusi dalam meringankan beban mereka.

“Bencana ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Ini adalah urusan kemanusiaan. Kita harus hadir dan membantu sesuai kemampuan kita,” ujar Edison.

Sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN) Bungamayang, Edison menegaskan bahwa pihaknya mendukung penuh program pembinaan ideologi nasional karena memiliki peran penting dalam memperkuat karakter kebangsaan, terutama di tengah derasnya arus digitalisasi dan isu-isu yang dapat memicu perpecahan.

Pancasila sebagai Fondasi Menghadapi Tantangan Bangsa

Edison juga mengingatkan bahwa tantangan kebangsaan ke depan semakin kompleks, mulai dari perubahan sosial, ketimpangan ekonomi, hingga gesekan politik dan media digital. Pancasila, menurutnya, adalah fondasi utama agar masyarakat Indonesia tetap kuat, bersatu, dan tidak mudah diadu domba.

“Kita mungkin berbeda pandangan politik, berbeda latar belakang, tetapi ketika bicara tentang Pancasila, semuanya kembali pada satu nilai: Indonesia harus tetap utuh dan beradab,” tegasnya.

Melalui kegiatan ini, Edison berharap semakin banyak masyarakat memahami bahwa Pancasila bukan hanya ideologi negara, tetapi panduan bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal kemanusiaan, solidaritas, dan penolakan terhadap provokasi negatif (Tansil/Muktar)